Makalah Pendidikan Islam
MAKALAH MATERI
PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU
TARBIYAH MADINA SRAGEN JAWA TENGAH
TAHUN AKADEMIK
2018/2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran
Allah SWT, karena telah memberikan kelancaran dan kemurahan-Nya terhadap kami,
sehingga dapat menyelesaikan tugas mata kuliah “Ilmu Pendidikan Islam” dalam
bentuk makalah, serta sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Dalam penulisan makalah ini, kami
menyadari bahwa sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka
makalah yang berjudul “Materi Pendidikan
Islam” ini, masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi menyempurnakan pembuatan makalah ini,
kami berharap dari makalah ini, kami berharap dari makalah yang kami susun ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kami maupun pembaca. Amin.
Waalaikumsalam Wr.Wb
Ngawi, 15 November
2018
Penulis
M
NURUL ANWAR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................
3
A.
Latar belakang...........................................................................................................
3
B.
Rumusan masalah......................................................................................................
4
C.
Tujuan penelitian........................................................................................................
4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................
5
A.
Makna pendidikan islam............................................................................................
5
B.
Materi pendidikan berdasarkan alquran dan hadits...................................................
5
BAB III PENUTUP..............................................................................................................
10
A.
Kesimpulan................................................................................................................
10
B.
Saran..........................................................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan islam sangatlah mulia dan memanusiakan manusia. Hal ini karena pendidikan
islam disandarkan dengan kata islam yang dikenal dengan suatu agama yang damai,
sejahtera dan menyelamatkan. Islam dalam teorinya dikatakan sebagai agama yang
tinggi dan umatnya dalam hadis dikatakan sebagai umat unggulan, bahkan dalam
Q.S. Ali Imron : 110, disebut sebagai umat terbaik. Namun mengapa islam,
kualitas dan out-put pendidikan islam serta realitas umat islam terpuruk ? jauh
tertinggal dengan umat lain yang non-islam (Arsalan, 1990), bahkan dengan
komunitas atheis pun umat islam dan pendidikan islam tertinggal. Fakta yang
lebih parah, di sekolah-sekolah/institusi formal, Pelajaran agama dan juga guru
agama dianggap sebagai tambahan. Ilmu agama oleh sementara orang diberikan
hanya karena melaksanakan peraturan, undang-undang, atau kewajiban. Islam yang
bersumber dari al-Qur’an dan hadits belum dianggap sebagai sesuatu yang
bersifat pokok, inti, amat penting dan karena itu harus dipelajari. Belum ada
anggapan bahwa tanpa mempelajari al-Qur’an dan hadits maka seseorang tidak akan
mendapatkan kebahagiaan baik di dunia dan di akhirat. Islam hanya dipandang
sebagai sesuatu ajaran untuk akhirat. Padahal sebenarnya tidak begitu. Islam
adalah ajaran untuk kepentingan akhirat dan sekaligus di dunia ini.
Selain itu, juga banyak dikeluhkan bahwa pendidikan Islam baru
dipahami sebatas sebagai bekal untuk meraih keuntungan di akhirat.
Belum lagi masih terjadi dikotomik antara ilmu umum dan juga ilmu agama.
Belajar agama dipahami sebagai bekal untuk mendapatkan keutungan akhirat,
sedangkan belajar ilmu umum dijadikan bekal untuk meraih keuntungan duniawi.
Cara pandang seperti ini, masih memerlukan koreksi yang mendasar. Seolah-olah
urusan akhirat dibedakan dari urusan duniawi. Padahal bukankah
sebenarnya, urusan dunia tidak bisa dipisah dari urusan akhirat. Menurut
ajaran yang terkandung baik dalam al-Qur’an dan hadits nabi, kedua-duanya harus
diraih secara bersamaan, yaitu dengan cara memadukan agama dan sains/ilmu
pengetahuan.
Kerugian lainnya dengan cara pandang seperti di muka menjadikan umat Islam
di mana-mana tertinggal dari umat lainnya, baik terkait dengan ilmu
pengetahuan, ekonomi, politik, sosial, bahkan juga teknologi dari umat lainnya.
Negara-negara Islam pada umumnya keadaannya tertinggal dari negara
yang mayoritas penduduknya non muslim. Seolah-olah umat Islam hanya sibuk
mempersiapkan kehidupan akhirat. Padahal bukankah sebenarnya, Islam mengajarkan
agar umatnya meraih dua keuntungan sekaligus, yaitu keutungan
duniawi dan juga ukhrowi.(lihat Q.S. Al-Qoshosh : 77).
Sebagai akibat dari cara pandang tentang
Islam seperti itu pula, maka komunitas Islam belum meraih keunggulan, hingga
berhasil menunaikan misinya, yaitu sebagai khalifah. Alih-alih menjadi
khalifah, sebatas berhasil mengejar ketertinggalan dari sebagian
umat lain saja, sudah mengalami kesulitan. Sehingga apa yang dikatakan bahwa
Islam itu unggul, ternyata pada kenyataannya masih jauh panggang dari api. Umat
Islam masih menjadi bulan-bulanan bagi umat lainnya. Secara ekonomi, sosial,
politik, dan apalagi ilmu pengetahuan dan teknologi, umat Islam belum menjadi
pemimpin, dan bahkan sebatas mengikuti di belakang saja seringkali masih
tertinggal jauh.
Kemajuan umat Islam dalam sejarahnya
diraih tatkala tidak mendikotomikan ilmu pengetahuan. Pengetahuan agama dan umum
dilihat sebagai satu kesatuan. Al-Qur’an sendiri mengajarkannya demikian. Islam
tidak cukup didekati dari perspektif syari’ah, ushuluddin, dakwah, adab dan
tarbiyah. Maka ilmu tersebut harus disempurnakan dengan ilmu alam, sosial, dan
humaniora. Demikian pula, pelajaran agama Islam tidak mencukupi jika hanya
diperkenalkan melalui pelajaran tauhid, fiqh, akhlak, dan sejarah. Jelas bahwa
Islam tidak sebatas menyangkut agama, atau ajaran ritual, tetapi juga peradaban
secara luas. Islam dalam sejarahnya pernah meraih peradaban unggul, yaitu zaman
Bani Abasiyah di Baghdad dan Bani Ummayah di Andalusia (Spanyol), tatkala Islam
dilihat secara utuh.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah makna pendidikan islam?
2.
Bagaimana materi pendidikan
islam menurut alquran dan hadis?
C. Tujuan Penulis
1. Untuk memenuhi tugas kuliah
2. Untuk memberi pengetahuan tentang materi
pendidikan islam
BAB II
PEMBAHASAN
A . Makna Pendidikan
Islam
Beberapa pakar pendidikan Islam memberikan rumusan pendidikan Islam,
diantaranya Yusuf Qardhawi, mengatakan pendidikan Islam adalah pendidikan
manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan
ketrampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik
dalam keadaan aman maupun perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat
dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.
Hasan Langgulung mendefinisikan pendidikan Islam adalah proses penyiapan
generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai
Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan
memetik hasilnya di akhirat.
Sedangkan Endang Syaifuddin Anshari memberikan pengertian pendidikan Islam
sebagai proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subyek didik
terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi) dan raga obyek
didik dengan bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada
ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran
Islam.
B . Materi
Pendidikan Islam Berdasar Al-Qur’an dan Hadis
Dalam konteks pendidikan islam yang universal selain ilmu yang terkait
dengan ketauhidan dan peribadatan, ada jenis ilmu yang seharusnya dikaji oleh
umat Islam yaitu, ilmu-ilmu tentang jagad raya ini yang bisa
diobservasi, yaitu ilmu alam, ilmu sosial, dan humaniora. Ilmu-ilmu alam
terdiri atas fisika, biologi, kimia dan matematika. Ilmu sosial
meliputi ilmu sosiologi, psikologi, sejarah dan antropologi. Sedangkan
humaniora adalah filsafat, bahasa dan satra dan seni.
Filosof-filosof Islam sepakat bahwa pendidikan akhlaq adalah jiwa dari
materi pendidikan islam. Sebab tujuan pertama dan termulia pendidikan islam
adalah menghaluskan akhlaq dan mendidik jiwa. (Langgulung, 2008 : 113). Materi
pendidikan harus mengacu kepada tujuan, bukan sebaliknya tujuan mengarah pada
suatu materi, oleh karenanya materi pendidikan tidak boleh berdiri sendiri
terlepas dari kontrol tujuannya.(Abdullah, 2007 : 159).
Klasifikasi materi
pendidikan islam adalah :
Pengajaran tradisional
(materi pengajaran agama).
Bidang ilmu pengetahuan, yang meliputi Sosiologi, Psikologi, sejarah dan
lain-lain. Dalam pandangan Al-Faruqi disebut “Ummatic Sciences” atau
terminology Qur’an disebut “Al-Ulumul Insaniyyah”.
Sub bidang ilmu pengetahuan alam, dikenal dengan “Al-Ulumul Kauniyyah” yang
meliputi astronomi, biologi, botani dan lain-lain. (Abdullah, 2007 : 161-162).
Mereka semua ( Al-Kindi, Al-Farobi, Ibnu
sina, Al-Ghozali, Nashirudin al-Thusi, Mulla Sadra) sepakat membagi ilmu-ilmu
filosofis ke dalam ilmu-ilmu teoritis (nadzoriyyat) dan ilmu-ilmu praktis
(amaliyyat). Kemudian ilmu-ilmu teoritis dibagi lagi ke dalam kelompok besar :
ilmu metafisika, matematika, dan ilmu-ilmu alam. (Ma’arif, 2007 : 25).
Penggolongan dalam 2 kelompok materi ilmu oleh para filosof muslim diatas
sebenarnya mengadopsi dari filosof sebelumnya yaitu Aristoteles, sehingga
klasifikasi materi pendidikan islam itu bermadzhab Aristotelian, tentunya
sesudah islamisasi science sesuai dengan kaidah syariah dan kultur masyarakat
muslim saat itu. Al-Farobi misalnya, membuat perubahan sedikit, sedang Ibnu
Sina lebih banyak. Al-Ghozali bukan hanya mengadakan perubahan, tapi membentuk
pengelompokan yang sama sekali lain dari klasifikasi Aristoteles, terutama
klasifikasi yang dibuatnya setelah mengalami krisis dan memilih jalan tasawuf.
(Langgulung, 2008 : 347).
Secara umum, sistematika dan materi
dalam kurikulum pendidikan islam harus meliputi ilmu-ilmu bahasa dan agama,
ilmu-ilmu kealaman (natural) serta derivatnya yang membantu ilmu pokoknya
seperti : sejarah, geografi, sastera, syair, nahwu, balaghoh, filsafat dan
logika. Materi/mata pelajaran untuk tingkat rendah adalah Al-qur’an
dan agama, membaca, menulis dan syair. Dalam beberapa kasus lain ditambahkan
nahwu, cerita dan berenang (unsur materi jasmaniah), namun titik tekannya pada
membaca Al-Qur’an dan mengajarkan prinsip-prinsip pokok agama. Khusus materi
tingkat dasar bagi peserta didik dari anak para amir/penguasa agak berbeda
sedikit, yaitu ditegaskan pentingnya pengajran khitobah, ilmu sejarah, cerita
epic (perang), cara-cara pergaulan, disamping ilmu-ilmu pokok seperti
Al-qur’an, syair dan fiqih. (Langgulung, 2008 : 114).
Universalitas materi/kontent pendidikan islam tergambar jelas pada Firman
Allah yang pertama kali turun (Q.S. Al-Alaq : 1-5) :
“Bacalah dengan
nama Tuhanmu yang menciptakan. …”
Pertanyaannya adalah membaca
apa dan apa yang perlu dibaca?
Hadis nabi yang mashur juga
menyatakan :
“Menuntut ilmu
itu wajib bagi setiap muslim baik pria maupun wanita”.
Pertanyaannya adalah ilmu apa yang perlu dicari? tentunya keumuman ayat dan
hadis diatas menunjukkan bahwa semuanya harus dibaca dan semua ilmu harus
dicari serta dikuasai. Inilah sebenarnya area, materi dan kontent dalam
pendidikan islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan hadis. Tidak ada dikotomi
ilmu dalam pendidikan islam, semisal ilmu umum dengan ilmu agama, ilmu dunia
maupun ilmu akhirat. Lebih jauh lagi terkait dengan ilmu dan agama, sungguh
luar biasa ungkapan Einstein seorang fisikawan modern yang secara normatif
non-islam tapi dengan lantang berkata : ”Religion without science is
lame, but science without religion is blind” (agama tanpa ilmu adalah
pincang, tapi ilmu tanpa agama adalah buta). (Ma’arif, 2007 : 33). Dari sini,
penulis merasa kurang sepakat dengan pembagian materi pendidkan islam dalam
kitab Ta’limul Muta’alim yang sangat familier di kalangan
pesatren tradisional yang kutipannya :
“Ilmu hakikatnya
hanya ada 2, ilmu fiqih untuk kesempurnaan agama dan ilmu kedokteran untuk
kesehatan jasmani/badan. Selain keduanya hanyalah hampa dan dinilai sebagai
omong kosong belaka”.(Az-Zarmuji :
9).
Tanpa mengurangi rasa takdzim pada penulis kitab tersebut, namun menurut
hemat penulis materi pendidikan islam sangatlah luas dan universal. Hal ini
juga nampak jelas dalam Q.S. Al-Haqqoh : 38-39 :
“Maka Aku
bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan terhadap apa yang kamu tidak
melihatnya”.
Dari ayat diatas objek pendidikan islam lebih luas lagi jangkauannya. Bukan
hanya yang materi tapi juga yang immateri, mencakup wilayah fisik maupun
metafisik.
Semua jenis ilmu itu mestinya dipelajari oleh umat Islam dalam arah baru
pendidikan islam secara mendalam sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Ilmu
tersebut dipelajari untuk mengantarkannya pada ketauhidan dan kesempurnaan
ibadah. Setelah mempelajari fisika, biologi, psikologi, sejarah dan lain-lain,
seseorang akan mengakui dan menyebut atas kebesaran dan ke-Maha Suci-an Allah
swt., dengan bertasbih, bertahmid dan bertahlil. (lihat Q.S. Ali Imron : 190-191).
Dalam konsep Islam ilmu pengetahuan hanya satu, yaitu semuanya sama dari
Allah dan menuju ke Allah. Untuk kepentingan pendidikan, pengetahuan yang
menyatu itu harus diklasifikasikan. Klasifikasi pengetahuan itu ialah pengetahuan
yang diwahyukan (Naqli/bersifat agamis) dan pengetahuan yang diperoleh
(Aqliyyun/ilmu keduniaan umum). Sedangkan klasifikasi yang ditawarkan oleh
konfrensi pendidikan di King Abdul Aziz adalah Perrenial Knowledge dan
Acquired Knowledge. Sebagaimana kutipan berikut :
“Planning of
education to be bassed on the classification of knowledge into two categories :
a. “Perennial” knowledge derived from the Qur’an and Sunnah meaning all
shari’ah oriented knowledge relevant and releted to them, and b. “Acquired”
knowledge susceptible to quantitative growth and multiaplication, limited
variations and cross cultural borrowing as long as consistency with shari’ah as
the sources of values is maintened”.
Secara lengkap
pengklasifikasian hasil konfrensi itu ialah:
Kelompok I:
1. Al-Qur’an :
meliputi qiraah, hafalan, tafsir, sunnah, shirah (nabi, sahabat dan
tabi’in) tauhid, ushul fiqh dan bahasa al-Qur’an.
2. Pengetahuan pembantu
: meliputi metafisika Islam, perbandiangan agama dan kebudayaan Islam.
Kelompok II:
1. Pengantar imajinatif:
meliputi arsitektur Islam dan bahasa-bahasa.
2. Pengetahuan
intelektual: meliputi pengetahuan sosial yang mencakup kesusastraan, filsafat
politik, pendidikan, ekonomi, geografi, sosiologi, linguistik, psikologi dan
antropologi.
3. Pengetahuan terapan
(Applied sciences): meliputi rekayasa dan teknologi, kedokteran, pertanian dan
kehutanan.
4. Pengetahuan praktis:
meliputi perdagangan, administrasi, perpustakaan dan komunikasi.
Hasil rekomendasi Konferensi
pendidikan islam sedunia di Jeddah pada 31 Maret – 8 April 1977 diatas juga
telah merumuskan konsep umum dan menyeluruh tentang pendidikan islam dengan
mengintegrasikan nilai-nilai dan ideologi islam ke dalam teori-teori ilmu
sosial, kemanusiaan, filsafat, sosiologi dan kebijaksanaan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tapi rekomendasi konferensi itu sampai saat ini belum terlaksana.
(Ma’arif, 2007 : 47).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan islam harus merujuk pada semangat Al-Qur’an dan Hadis kembali (Arruju’
ilal qur’an was sunnah). Dengan begitu akan terlihat bahwa tidak ada
dikotomi maupun sekularisasi lagi antara ilmu umum maupun ilmu agama. Materi
dan kurikulum pendidikan islam sesuai konsep islam (Al-Qur’an dan Hadis) adalah
integral dan komprehensif.
B.Saran
Sebagai pembaca yang baik, kami
berharap ada kritik dan saran dari hasil makalah yang kami buat. Mudah-mudahan
bermanfaat bagi yang membacanya,walaupun makalah ini dibuat dengan sederhana.
Di dalam banyak mengandung perluasan makna dan arti.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdurrahman Saleh. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan
Al-Qur’an, PT Rineka Cipta, 2007. Jakarta.
Az-zarmuji, Burhanudin. Syarah kitab Ta’limul Muta’alim.
Langgulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam, Pustaka Al-Husna
Baru, 2008. Jakarta.
Ma’arif, Syamsul. Revitalisasi Pendidikan Islam, Graha Ilmu,
2007. Yogyakarta.
Hand out dalam ceramah di UNMUH Purworejo Jawa Tengah pada Kamis 23
September 2010, diakses pada Jumat, 16 September 2011, 14.00.
Makalah Hujair AH. Sanaky, diakses pada Juni 2011.
1 Response to "Makalah Pendidikan Islam"
Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
arena-domino.club
arena-domino.vip
100% Memuaskan ^-^
Posting Komentar