Contoh Cerpen

Jujur Salah
Oleh : El-Riza Muhammad

Pagi yang sangat mendung, dan suram. Matahari tak mau menampakkan sinar keelokannya. Soleh terbangunkan oleh suara teriakan-teriakan di depan rumah. Soleh bangun kesiangan lagi hari ini, akibat sebuah malam yang sangat melelahkan. Di depan rumah terdengar suara ramai-ramai, yang membuatnya  penasaran, lalu dia mengintip dari jendela. Ternyata di depan rumah, warga telah berkumpul  banyak sekali, dan membentak-bentakkan namanya. Dan ketika mulai membuka pintu, tanpa pikir panjang, para warga langsung memukulinya tanpa ampun. Sampai berdarah-darah di sekujur tubuhnya, Soleh hanya berteriak-teriak kesakitan.  Hingga pak RT datang menghentikannya.
    Soleh yang tidak tahu apa-apa, dia hanya bisa diam dan menahan sakit yang dideritanya, tidak tahu apa yang terjadi. Dia bingung, kenapa dirinya tiba-tiba dituduh dan diamuk warga seperti itu.
    “Soleh! Kamu kan pelakunya, kamu yang mencuri di rumah pak Marwan,” kata pak RT, membentak.
    “Apa? Saya tidak tahu apa yang terjadi, kenapa tiba-tiba saya yang dituduh,” katanya bingung.
    “Sudah, bawa saja dia ke kantor Polisi,”kata salah seorang.
    “Ya, ayo kita bawa ramai-ramai,” kata salah seorang lainnya lagi.
    “Salah saya apa pak, apa yang terjadi, sumpah saya tidak tahu pak,” ujar Soleh polos.
    “Iya Soleh, sekarang kamu ikut kami saja ke kantor Polisi, nanti kamu menjelaskan runtutannya di sana,” kata pak RT.
    Dengan tubuhnya yang kurus lemah, serta sifatnya yang pendiam dan polos, ditambah lagi dengan derita sakit di sekujur tubuhnya. Soleh hanya bisa diam dan nurut, dia takut kalau nanti tambah di amuk warga. Dia bingung dan tidak tahu menahu apa yang terjadi. Dan kenapa warga menuduhnya, dengan sesuatu yang tidak dia ketahui penyebabnya.
Soleh adalah seorang anak yang sangat santun dan rajin, dan sering menolong. Tetapi sifatnya sangat pendiam dan pemalu. Dia bukan warga asli desanya, dia beserta keluraganya merupakan seorang perantau dari Jawa. Tapi naas, ayah dan ibunya telah meninggal dalam kecelakaan tabrak lari, yang membuatnya hidup sebatang kara, tanpa sanak dan keluarga. Karena kematian kedua orang tuanya itu, dia harus membanting tulang sendiri, demi menghidupi dirinya di tanah perantauan yang sangat jauh dari kampung halamanya. Sebenarnya dia ingin sekali pulang kampung dan berkumpul lagi dengan saudaranya, dan mengabari tentang kebergian orang tuanya. Tapi nasipnya kurang beruntung di tanah perantauan ini. mencari uang sangat sulit, karena keterbatasan keterampilan yang dia miliki. Setiap hari ia hanya bekerja serebutan, yang tidak tentu upahnya. Kadang juga bekerja sebagai seorang pesuruh, memetikkan buah kelapa, mengantarkan kayu, atau membawakan padi saat musim panen.
    Soleh sangat beruntung karena memiliki sebuah rumah sederhana, peninggalan seorang aki tua yang berbalas budi, karena Soleh telah merawatnya sebelum akhirnya dia meniggal dunia. Dan mewariskan rumah beserta tanah satu-satunya kepada Soleh. Tapi hari ini, nasipnya tidak begitu beruntung. Karena harus menjadi pusat kemarahan warga dan harus berurusan dengan polisi, yang dari dulu dia tidak pernah menginginkanya, dan baru kali ini dia terbawa oleh situasi yang seberat ini.
    “Saudara Soleh, apakah benar anda pelaku pencurian ini?” tanya salah seorang polisi.
    “Pencurian apa pak? Saya tidak tahu tentang kasus pencurian ini,” katanya gugup.
    “Rumah pak Marwan tadi malam kecurian, dan warga menyalahkan kamu pelakunya,” kata pak polisi.
    “Bukan saya pelakunya pak, bukan sa....” ujarnya, lalu dipotong oleh pak polisi.
    “Tapi rekaman ini menunjukan bahwa kamu pelakunya, aksesoris yang di bawa pencuri ini, kata warga adalah milikmu, apakah benar?” bentak pak polisi.
    “Iya benar pak, tapi sudah tiga hari ini hilang, dan saya tidak tahu siapa yang mengambilnya,” ujarnya.
    “Berarti ini milik kamu kan? Sementara kamu saya tahan, atas bukti yang saya terima,” kata pak polisi.  
    Soleh tidak punya bukti untuk membela dirinya, sedangkan rekaman itu menunjukkan bukti bahwa     dia bersalah, yang kenyataannya salah. Dia harus rela menerima nasibnya untuk mendekam di jeruji besi. Ini adalah pertama kali dalam hidupnya, dia merasakan kegetiran hidup dalam penjara. Tempat yang dipenuhi dengan bau-bau kejahatan dan kriminal,  serta orang-orang yang tidak berperi kemanusiaan. Dan sekarang dia harus tinggal di tempat yang hina itu.
    Ujian yang begitu berat bagi seorang Soleh, seorang yang terkenal santun dan baik. Yang harus menerima nasibnya mendekam penjara. Tetapi, buah atas kesabaran dan ketabahan dirinya, Allah Yang Maha Tahu mengungkapkan kebenarannya.
    “Soleh, kamu dipanggil keluar,” kata salah seorang polisi.
    “Saya pak? Ya baik pak.” Ujarnya kaget.
    Tepat tiga hari setelah terjadi peristiwa naas yang menimpanya, tiba-tiba banyak warga desanya kembali ramai-ramai mendatangi kantor polisi. Kali ini, Ustadz Somad ikut serta. Tidak tahu apa yang terjadi lagi. Soleh hanya terheran-heran, kenapa dan apa sebenarnya ujian yang terjadi pada desanya dan dirinya akhir-akhir ini, hanyalah Allah yang tahu kebenaran tentang semua ini. Sekarang Jujur yang menjadi amukan warga. Apa yang terjadi, Soleh juga tidak tahu karena beberapa hari dia di penjara. Tiba-tiba pak RT mendatanginya dan memohon maaf kepadanya.
    “Leh, maafkan kami semua ya, yang telah main hakim sendiri dan bertindak gegabah. Tanpa tahu siapa yang salah sebenarnya.” Kata pak RT.
    Terlihat para warga juga mulai menyalami dan memohon maaf kepadanya. Soleh hanya bisa geleng-geleng kepala dan tambah bingung di buatnya. Akhirnya setelah dijelaskan panjang lebar oleh ustadz Somad, Soleh baru paham apa yang terjedi dan siapa yang menjadi aktornya. Ternyata yang mencuri di rumah pak Marwan adalah Jujur. Dia sengaja menggunakan topi dan kaca mata milik Soleh, agar Soleh yang disalahkan atas kasus pencurian itu. Jujur dendam kepada Soleh, karena wanita yang dicintainya, Alimah, menolak cintanya karena dia hanya suka dan cinta pada Soleh. Atas dasar tersebut, Jujur berencana mencelakai Soleh dengan membuat sekenario yang telah sukses, tetapi kemudian gagal itu. Akhirnya Soleh kembali pulang ke desa, dan berganti Jujur yang mendekam di penjara.

~*~

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Contoh Cerpen"