Metode Pembelajaran
METODE
MODELLING THE WAY
Oleh: Maftuhan
A. Pengertian
Metode mengajar adalah cara
yang dipergunakan
guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa
pada saat berlangsungnya pengajaran.
Peranan
metode mengajar
sebagai
alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Dengan metode,
menurut Nana Sudjana (2005:76) diharapkan tumbuh berbagai
kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah
interaksi edukatif.
Dalam interaksi
ini
guru berperan sebagai penggerak atau
pembimbing. Proses interaksi
ini akan berjalan baik
kalau siswa banyak aktif dibandingkan
dengan guru.
Metode Modelling the Way menurut
Melvin L. Silbermen (2016:234) adalah suatu strategi pembelajaran yang
memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan praktik melalui peragaan atau
keterampilan khusus yang diajarkan di kelas. Melvin juga mengatakan bahwa peragaan adalah alternatif yang cocok untuk pemeranan
lakon.
Dengan
Modelling the Way siswa tidak merasa terancam dan tidak merasa grogi.
Hisyam Zaini (2008:76) menjelaskan
metode Modelling the Way (membuat contoh praktik) adalah metode
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan
keterampilan spesifik yang dipelajari di kelas melalui demonstrasi. Peserta
didik diberi waktu untuk menciptakan skenario sendiri dan menentukan bagaimana
mereka mengilustrasikan keterampilan dan teknik yang baru saja dijelaskan.
Metode sangat baik apabila
digunakan untuk mengajarkan
pelajaran yang menuntut keterampilan tertentu. Menurut Istarani (2011:213)
metode pembelajaran Modelling the Way merupakan sebuah sistem
pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan keterampilan
spesifik yang dipelajari di kelas untuk demonstrasi. Siswa diberi waktu
untuk menciptakan skenario sendiri dan menentuka bagaimana mereka mengilustrasikan
keterampilan dan teknik yang baru dijelaskan guru di depan kelas. Metode Modelling
the Way adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa
melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian
mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka.
Merujuk dari beberapa pengertian di
atas, maka dapat dikatakan metode Modelling the Way adalah suatu metode
pembelajaran yang membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri
berdasarkan fakta/ data yang benar. Penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu,
baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.
B.
Fungsi
Metode Modelling The Way
Proses pembelajaran
harus
diupayakan
dan selalu terikat dengan tujuan (goal based). Oleh karenanya, segala interaksi, metode dan
kondisi pembelajaran harus
direncanakan
dan mengacu pada tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Menurut
E. Mulyasa (2004:100) bahwa proses
pembelajaran
pada
hakikatnya
merupakan interaksi para peserta didik dengan lingkungan sehingga
terjadi
perubahan perilaku yang baik. Dalam interaksi tersebut oleh faktor internal
yang
dipengaruhi oleh diri sendiri maupun faktor eksternal
yang berasal dari
lingkungan pembelajaran, tugas seorang guru
yang utama adalah mengkondisikan
lingkungan agar menunjang perubahan
perilaku peserta didik.
Fungsi metode Modelling the Way termasuk metode belajar
aktif yang
berfungsi
untuk memaksimalkan potensi siswa
dalam proses pembelajaran, sehingga belajar menjadi aktif, kreatif
dan
menyenangkan. Adapun
tujuan
dari metode Modelling the Way sebagai
metode belajar aktif menurut Oemar Hamalik (2008:91) adalah:
1.
Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalaminya Berbuat
sendiri
2.
Memupuk kerjasama yang
harmonis
di kalangan siswa
yang pada
gilirannya dapat memperlancar
kerja kelompok
3.
Siswa
belajar dan bekerja
berdasarkan
minat
dan kemampuan sendiri,
sehingga sangat
bermanfaat dalam rangka
pelayanan perbedaan individual
4.
Memupuk sikap kekeluargaan,
musyawarah
dan
mufakat
5.
Membina kerjasama antara sekolah, masyarakat, guru dan orang tua siswa yang bermanfaat dalam pendidikan
6.
Pembelajaran dilaksanakan
secara realistis
dan konkrit, sehingga mengembangka
pemahaman dan berpikir
kritis serta
menghidarkan
terjadinya verbalisme
7.
Pembelajaran menjadi
hidup sebagaimana
halnya
kehidupan
dalam
masyarakat yang penuh
dengan dinamika.
C.
Perencanaan
dan Persiapan Metode Modelling the Way
Metode Modelling
The Way
memerlukan perencanaan dan
persiapan
yang cukup
dalam pelaksanaannya
sehingga hasil
yang dicapai
efektif dan
siswa
memperoleh gambaran yang
pasti. Trianto (2010:52-54) mengatakan ada dua alasan yang
mendasar mengapa diterapkan metode Modelling the
Way dalam suatu pembelajaran. Alasan yang
pertama adalah untuk mengubah perilaku
baru peserta didik melalui pengamatan. Dengan melalui pengamatan guru (model) yang melakukan kegiatan semisal demonstrasi atau eksperimen,
maka peserta didik dapat meniru perilaku yang
dimodelkan atau terampil melakukan kegiatan seperti yang
dimodelkan. Alasan yang kedua
adalah
mendorong perilaku
peserta didik
tentang apa yang dipelajari.
Metode
Modelling the Way terdiri dari empat fase
perhatian (etensi),
mengulang (retensi), mengolah, motivasi yang dalam pelatihan dilaksanakan sebagai
berikut:
1.
Guru (model) memberi contoh kegiatan tertentu (demonstrasi) di depan
peserta didik.
2.
Guru menunjukkan cara pelaksanaan metode Modelling the Way
3.
Guru menetapkan
perkiraan waktu yang diperlukan untuk demonstrasi dan perkiraan waktu yang
diperlukan oleh anak-anak untuk meniru.
4.
Anak memperhatikan dan berpartisipasi
aktif dalam kegiatan tersebut.
5.
Guru memberikan motivasi
atau penguat-penguat
yang diberikan, baik bila anak
berhasil maupun kurang berhasil
D.
Langkah-langkah
Metode Modelling the Way
Metode Modelling the Way harus
diikuti dengan kesiapan guru, dalam arti guru harus merencanakan metode Modelling
the Way yang efektif. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan metode Modelling the Way diuraikan Agus Suprijono (2011:115)
sebagai berikut:
1.
Setelah
pembelajaran
suatu
topik tertentu,
carilah
topik-topik
yang menuntut siswa untuk mencoba atau mempraktikkan keterampilan yang baru
diterangkan.
2.
Bagilah siswa kedalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan jumlah mereka. Kelompok-kelompok ini akan
mendemostrasikan suatu keterampilan tertentu
sesuai
dengan skenario yang
dibuat.
3.
Berikan keapada siswa waktu 10-15 menit untuk berdiskusi
4.
Beriakan
waktu
5-7
menit untuk menampilkan hasil diskusi (demostrasi)
5.
Secara
bergiliran tiap kelompok
diminta mendemonstrasikan kerja masing-masing. Setelah selesai, beri
kesempatan kepada kelompok lain
untuk memberikan masukan pada setiap
demonstrasi yang
dilakukan.
6.
Guru memberi
penjelasan
secukupnya untuk mengklarifikasi.
Melihat
langkah-langkah pembelajaran
di atas, keberhasilan pembelajaran modelling the way merupakan
keberhasilan
bersama dalam sebuah kelompok. Setiap
anggota kelompok tidak
hanya
melaksanakan tugas masing-masing tetapi perlu adanya kerjasama antar kelompok. Sebagaimana firman Allah SWT di
dalam Al- Qur‟an surat Al-Maidah ayat 2 yang menganjurkan untuk saling bekerjasama:
... وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ
عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ...
“ ... Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran ....”
Dengan adanya kerjasama
tersebut, peserta didik dapat saling menutupi kekurangan masing-masing dengan
saling bertukar dan menerima pendapat sesama peserta didik. Senada dengan itu, Henry
Clay Lindgreen (1960:349) mengungkapkan bahwa “commitee work is also a
useful way of spreading participation. It is a way of giving children
opportunities to learn how work cooperatively and to think for themselves” (bekerja
sama juga merupakan cara yang berguna untuk meningkatkan partisipasi. Ini
adalah sebuah cara memberikan kesempatan anak untuk belajar bagaimana bekerja
sama dan berfikir untuk diri mereka sendiri).
E.
Prinsip-prinsip
Metode Modelling the Way
Penggunaan metode Modelling the Way dapat diterapkan dengan
syarat
memiliki keahlian untuk memperagakan.
Keahlian
mendemonstrasikan harus dimiliki
oleh guru dan pelatih
yang ditunjuk,
setelah didemonstrasikan, siswa
diberi kesempatan melakukan latihan keterampilan seperti yang
telah diperagakan
oleh guru atau pelatih. Menurut Mulyani Sumantri (2001:101-102), sebagai
metode pembelajaran aktif metode Modelling the Way maka prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan adalah:
1.
Hal apapun yang
dipelajari oleh siswa, maka harus mempelajarinya sendiri tidak ada seorangpun
yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2.
Setiap siswa
belajar menurut tempo (kecepatan sendiri dan setiap kelompok umur terdapat
variasi dalam kecepatan belajar).
3.
Seorang murid
belajar lebih banyak bilamana setiap langkah memungkinkan
belajar secara keseluruhan lebih berarti.
4.
Apabila
siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri,
maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat secara lebih
baik
Menurut Suryobroto
dikutip Djamarah (2011:124-125) sebagai masa intelektual atau masa keserasian
bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih
mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini dapat diperinci
menjadi dua fase, yaitu masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau
7 tahun sampai 9 atau 10 tahun dan masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar
kira-kira umur 9 atau 10 tahun sampai kira-kira 12 atau 13 tahun. Dengan
demikian, siswa kelas IV termasuk masa kelas-kelas tinggi yang mempunyai sifat
khas anak-anak sebagai berikut:
1.
Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit, hal
ini akan menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan
pekerjaan-pekerjaan yang praktis
2.
Terlihat sangat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar
3.
Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata
pelajaran khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mlai menonjolnya
faktor-faktor
4.
Sampai umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya
5.
Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk
dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan ini biasanya anak tidak terikat
pada aturan permainan tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.
Memperhatikan dari
usia perkembangan di atas, maka sangat tepat apabila pembelajaran tentang
mengenali ketentuan-ketentuan ṣalat dengan menggunakan metode Modelling the
Way. Melalui metode pembelajaran ini, diharapkan dapat memotivasi siswa
dalam belajar dan memudahkan siswa dalam memahami Pelajaran. Di samping itu
untuk menciptakan suasana kelas yang lebih serius dan mengajak siswa lebih
kreatif.
F.
Kelebihan
dan Kekurangan Metode Modelling the Way
Menurut Sriyono
(1992:118) kelebihan dan kekurangan metode Modelling the Way dalam
penerapannya dalam pembelajaran sebagai berikut:
1. Kelebihan
a.
mendidik siswa mampu menyelesaikan sendiri problema sosial yang dijumpai
b.
memperkaya pengetahuan dan pengalaman siswa
c.
mendidik siswa berbahasa yang baik dan dapat menyalurkan pikiran serta
perasaannya dengan jelas dan tepat
d. mau menerima dan menghargai pendapat orang lain
e. memupuk perkembangan kreatifitas siswa
2.
Kelemahan
a.
pemecahan masalah yang disampaikan oleh siswa belum tentu cocok dengan
keadaan yang ada di masyarakat
b.
kesempatan untuk berperan secara wajar kurang terpenuhi karena
terbatasnya waktu
c.
rasa malu dan takut akan mengakibatkan ketidakwajaran
Untuk mengatasi kelemahan metode Modelling the Way dapat digunakan cara sebagai berikut:
a.
Tentukan terlebih dahulu hasil yang ingin dicapai
b.
Guru mengarahkan praktik itu sedemikian rupa, sehingga murid-murid
memperoleh pengertian dan gambaran yang benar
c.
Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah praktik yang akan
dilaksanakan dan sebaiknya sebelum praktik dimulai guru telah mengadakan
praktik terlebih dahulu
d.
Sedapat mungkin bahan pelajaran yang dipraktikkan adalah hal-hal yang bersifat praktis dan berguna
dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Dimyati dan
Mudjiono, 1999, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah,
Syaiful Bahri, 2011, Psikologi
Belajar, Jakarta: Rineka Cipta
E. Mulyasa,
2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya
Hamalik, Oemar,
2008, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara
Hisyam, Zaini,
dkk. 2008, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: PT. Pustaka Insan
Madani
Istarani,
2012, 58 Model Pembelajaran Inovatif, Medan:
Media Persada
Melvin L.
Silberman, 2016, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif (Terj.),
Bandung: Nuansa Cenddekia
Mulyani
Sumantri, Johar Permana, 2001, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV Maulana
Nana Sudjana,
2005, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Sriyono, 1992, Tehnik Belajar Mengajar dalam
CBSA, Jakarta, Melton Putra
Sudjana, Nana,
1989, CBSA dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Suprijono, Agus, 2011, Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Trianto, 2010, Mendesain
Model pembelajaran inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana
1 Response to "Metode Pembelajaran"
Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
arena-domino.club
arena-domino.vip
100% Memuaskan ^-^
Posting Komentar