Makalah Wirausaha Global
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan kewirausahaan secara historis telah dimulai dari sejak
berabad-abad sebelum masehi. Dengan kemampuan wirausaha dalam arti kemampuan
dalam pengambilan resiko, berinovasi, menerapkan sistematika kerja bangsa mesir
dapat membangun piramida, bangsa Cina dapat membangun tembok raksasa, dan
Kerajaan Mataram Kuno dapat membangun Candi Borobudur. Kemudian pada abad
pertengahan, VOC, perusahaan perniagaan Belanda, menjadi sistem pegumpul bahan
mentah rempah-rempah dari Nusantara untuk kepentingan memasok pasar Eropa
adalah contoh usaha yang beresiko. Dimana sebelumnya telah dirintis pencarian
rute ke timur jauh oleh Marcopolo.
Perkembangan konsep kewirausahaan pada abad pertengahan,
digambarkan sebagai seorang yang berani mengambil resiko akan keberanian
mengelola proyek dengan kontrak pada harga yang ditetapkan diawal. Pada abad ke
17, konsep kewirausahaan kemudian berkembang dengan menitikberatkan pada konsep
resiko. Contoh tokoh wirausaha pada saat itu adalah John Law seorang banker
dari Perancis yang membuka perjanjian waralaba perdagangan di daerah (dunia)
baru Amerika – perusahaannya disebut dengan Mississippi Company. Perjanjian ini
berakhir dengan kerugian, tujuan awal untuk mendongkrak harga saham diperusahaan
inti tidak tercapai, yang terjadi perusahaan utama di Perancis mengalami
kolaps. Dengan melihat kegagalan Law, Richard Cantillon (ekonom abad 18)
memperbaiki cara pandang tentang teori kewirausahaan. Cantillon mendifinisikan
wirausahawan adalah seorang pengambil resiko, dicontohkan pada petani,
pedagang, pengrajin dan pemilik usaha lainnya yang “berani membeli produk baku
pada harga tertentu dan menjualnya pada harga yang belum ditentukan sebelumnya,
oleh karena itu orang-orang ini bekerja pada situasi dan kondisi beresiko”.
Kemudian pada abad 18 berkembang pandangan bahwa wirausaha adalah
seseorang yang memiliki hasil inovasi dikembangkan bisnisnya dengan menggunakan
modal dari pihak lain. Contohnya pada penemuan bola boklam listrik oleh Thomas
Edison, bisnis bidang kelistrikan oleh Edison dikembangkan dengan mendirikan
General Electric, kini GE merupakan salah satu perusahaan terbesar di Amerika
dan dunia. Ketika memasuki akhir abad 19 dan abad 20, perubahan konsep
kewirausahaan ditandai dengan pemisahan antara peran manajer dengan wirausaha.
Wirausaha mengorganisir dan mengoperasikan usaha untuk keuntungan pribadi. Dia
menggunakan inisiatif, ketrampilan, dan kepiawaiannya dalam merencanakan,
mengorganisir dan mengadministrasikan perusahaan. Kerugian dan keuntungan
merupakan konsekwensi dari kemampuan melihat dan mengontrol keadaan lingkungan
bisnis. Carnegie dipertengahan abad 20 menekankan bahwa wirausahawan adalah
seorang innovator.
Oleh karenanya wirausahawan akan mereformasi atau merevolusi kondisi
yang tidak menguntungkan menjadi lebih menguntungkan, dengan mengekploitasi
segala penemuan dan kemungkinan pemanfaat teknologi untuk menggantikan cara
lama dalam mengoperasikan bisnis.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
Perkembangan Kewirausahaan Internasional ?
2.
Bagaimana
Fenomena Perkembangan Kewirausahaan Internaasional ?
3.
Bagaimana
Menghadapi Masyarakat Ekomoni Asia (MEA) ?
C.
Tujuan
1.
Untuk
Mengetahui Perkembangan Kewirausahaan Internasional.
2.
Untuk
Mengetahui Fenomena Perkembangan Kewirausahaan Internasional.
3.
Untuk
Mengetahui Menghadapi Masyarakat Ekomoni Asia (MEA)
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Kewirausahaan Internasional
1.
Sejarah
Perkembangan Kewirausahaan
Abad
50 SM. Hebert dan Link (1988, hal 15) mengatakan bahwa keberhasilan
kewirausahaan di jaman pertengahan tergantung dari cara mengatasi risiko dan
hambatan kelembagaan. Memperdagangkan sumber daya merupakan upaya untuk
bertahan hidup.Abad 50 SM di Roma kuno, aktifitas kewirausahaan meliputi fungsi
pengendalian sosial, peraturan dan kelembagaan. Aktifitas perdagangan dipandang
sebagai hal yang dapat menurunkan martabat dan dianggap mengumpulkan modal
untuk kepentingan politik dan sosial. Memupuk kekayaan pribadi bisa diterima
asal tidak melibatkan partisipasi langsung dalam proses industri dan perdagangan.
Selain dari perdagangan dan industri, generasi yang tergolong kaya mendapatkan
kekayaan dari tiga sumber (1) Kepemilikan tanah ( disewakan kepada orang lain
berdasar sistem feodal pada masa itu). (2) Hasil riba (pendapatan dari hasil
bunga pinjaman). (3) Politial Payment (Uang dari harta rampasan atau bagian
pajak yang ditujukan kepada keuangan publik jatuh ke pihak swasta)
Abad
pertengahan 1300-1500 M. Baumol (1990) mengatakan hilangnya semangat
eksploitasi kewirausahaan dan penemuan juga terjadi di abad pertengahan
(1300-1500 M) di China, yang dilakukan dengan cara yang berbeda, yakni pada
saat kerajaan mengalami kesulitan keuangan, properti dari orang-orang kaya
diambil alih oleh kerajaan. Sehingga kedudukan sosial yang terhormat tidak bisa
dilakukan melalui kewirausahaan seperti di negara Roma. Kelompok orangorang
yang mempunyai kekayaan dan martabat umumnya diperoleh dari penghargaan
kerajaaan sebagai hasil ujian yang diberikan kerajaan. Perubahan ini
menggambarkan bahwa kepemilikan properti dan status sosial menjadi kurang
permanen dan tidak dapat diandalkan, sehingga menghilangkan semangat untuk
memupuk kekayaan/properti.
Sekitar
abad 500 –1000 M. DeRoover (1963), mengatakan pada abad pertengahan
(500-1000 M) ada pandangan baru yang radikal mengenai kewirausahaan di Eropa,
dimana kepemilikan properti dan status sosial tidak menjamin keberhasilan,
karena ada perubahan bahwa kekayaan / properti dapat diperoleh dari aktivitas
militer dan perang. Untuk para pengusaha yang hidup pada jaman ini, peluang
mendapatkan sumber daya melalui permusuhan merupakan bagian dari aktivitas
kewirausahaan.
Sekitar
abad 1000 – 1500 M Ketenangan dan pengaruh gereja mengurangi perkembangan
perang. Aktivitas kewirausahaan berubah dan mengarah pada bidang arsitektur,
teknik dan pertanian sebagai aktivitas yang menguntungkan untuk menumpuk
properti dan kekayaan. Bersamaan dengan perubahan tersebut, gereja melarang
adanya riba dan para pengusaha mulai mencari jalan lain untuk memperoleh
peluang menumpuk kekayaan. Perkembangan semacam ini, nampak bahwa kewirausahaan
lebih bisa diterima masyarakat sebagai aktivitas ekonomi. Mulailah perubahan kewirausahaan
menuju pada aktivitas perdagangan. Ada tiga kategori pedagang yang dianggap
terhormat yakni para importir dan eksportir, pemilik toko, produsen. Pada masa
ini, banyak ahli agama terlibat menjadi pelaku ekonomi, membantu menjauhkan
monopoli, gadai, riba dan melindungi masyarakat dari ekploitasi.
Sekitar
abad tujuh belas (Tahun 1600an M). Aktifitas kewirausahaan terus
berkembang selama abad keenam belas dan tujuh belas. Pengetahuan dan pengalaman
membantu dalam mengatasi ketidakefisienan atau dapat memberikan solusi baru
untuk penciptaan barang dan jasa layanan. Aktivitas perdagangan sebagai
kewirausahaan telah lama ada di wilayah Timur Tengah dan Timur jauh saat orang
Barat menggunakan pengetahuan dan pengalaman untuk mencari peluang. Perdagangan
sudah berkembang di negaranegara Arab akibat dari meluasnya pengaruh kerajaan
Islam, para khalifah memperoleh status terhormat karena berdagang dalam sistem
etika Islam (Russel, 1945: 422).
Pada
masa ini terjadi perdagangan internasional. Perdagangan internasional menjadi
alat bagi semua orang untuk keliling dunia dan mempererat persaudaraan (Baldwin,
1959). Kondisi pada sekitar abad tujuhbelas, kewirausahaan sudah diwarnai
perdagangan. Kewirausahaan sudah menjadi bagian dari pemikiran perekonomian
klasik yang berpedoman pada ajaran/prinsip tertentu dalam konteks sistem
perekonomian yang berkembang.
2.
Kewirausahaan
Pada Era Global
Dalam
konteks persaingan global yang semakin terbuka seperti saat ini, banyak
tantangan yang harus dihadapi. Setiap negara harus bersaing dengan menonjolkan
keunggulan sumber daya yang dimilikinya dalam wirausaha. Faktor kompetisi
global ini terjadi dikarenakan adanya perkembangan kewirausahaan. (Rahmat, 2013
: 43). Munculnya pasar-pasar modren seperti town store dan market-market
besar erupakan indikasi perkembangan kewirusahaan.
Wirausaha
harus menerima berbagai resiko berhubungan
dengan kegagalan bisnis. Kemungkinan gagal dalam bisnis adalah ancaman yang
selalu ada bagi wirausaha, tidak ada
jaminan kesuksesan. Tantangan berupa kerja keras, tekanan emosional, dan resiko
meminta tingkat komitmen dan pengorbanan jika kita mengharapkan mendapatkan imbalan.
Dalam
situasi yang penuh ketidakpastian di era global, hanya bangsa yang memiliki
kreatifitas, inovasi, dan keunggulan-keunggulan strategis yang mampu
memenangkan persaingan pasar. Sementara itu sebuah perusahaan dalam menghadapi
ekonomi global mereka biasanya mengikuti bentuk tahapan globalisasi atau lebih dikenal
dengan phase model of globalization. Tahapan globalisasi atau phase model of
globalization:
1.
Mengekspor,
adalah menjual barang – barang yang dihasilkan di dalam negeri dan menjualnya
kepada konsumen di luar negeri.
2.
Kontrak
Kerja Sama, Ada dua jenis kontrak kerjasama yaitu:
a.
Lisensi
adalah perusahaan domestik sebagai licensor, menerima pembayaran royalti yang mengizinkan perusahaan lain, sebagai
licensee, untuk menghasikan produk, menjual jasa, atau menggunakan merk milik
licensor, di pasar tertentu luar negeri.
b.
Warabala
(franchise) adalah sekumpulan jaringan kerja perusahaan yang memproduksi atau
memasarkan suatu produk atau jasa, dimana franchisor memberikan lisensi seluruh
bisnisnya kepada orang atau organisasi lain, sebagai franchisee.
3.
Aliansi
strategi, sering disebut joint venture adalah kerjasama usaha antar perusahaan
yang membentuk usaha sebagai usaha ketiga, dan kedua perusahaan pendiri tetap
berdiri sebagaimana biasa.
4.
Afiliasi
kepemilikan penuh, kantor, fasilitas, dan bangunan pabrik yang berada di luar
negeri, 100 persen adalah milik perusahaan induk. (
Chuck Williams, 2001 : 341 )
5.
Global
strategic partnership, merupakan tahapan terakhir dari bisnis global,
sebenarnnya merupakan aliansi yang di bentuk oleh sebuah organisasi dengan satu
atau beberapa Negara asing yang tujuan mengekploitasi peluang di Negara lain
untuk mengambil posisi utama dalam produksi dan pemasokan. (Sentot
Imam Wahjono, 2008 : 50 )
B. Fenomena Perkembangan Kewirausahaan Internasional
Kewirausahaan
adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda secara nilai melalui pengorbanan
waktu dan upaya, yang mengandung resiko finansial, psikologis dan sosial,
dengan harapan menerima hasil penghargaan secara moneter dan kepuasan pribadi
si wirausahawan. Karakteristik wirausaha dapat dilihat dari locus of control
atau pengendalian diri atas dimensi internal dan eksternal. Pengaruh dimensi
eksternal atau internal sesorang akan menentukan bagaimana sesorang wirausaha
mengelola perusahaannya. Pengaruh eksternal antara lain kekuatan lingkungan
luar perusahaan sangat dominan, keberhasilan semata karena kemujuran, bisnis
yang dilakukan karena keharusan dari apa yang dibaca, dan pengaruh anggota keluarga
lebih menentukan keberhasilan. Pengaruh internal antara lain kenyakinan bahwa
keputusan harus diambil oleh diri sendiri, kemauan untuk mencoba yang baru
walaupun ada kekawatiran beratnya konsekwensi yang akan diterima, kepuasan akan
keberhasilan pekerjaan, dan berupaya segera memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Secara
internal locus of control dapat dilihat dari sudut, sejauhmana
seseorang memiliki keteguhan hati untuk mengatasi kemandekan dalam membentuk
usaha baru, juga sejauh mana seseorang memiliki keinginan yang kuat untuk
mengelola usaha baru dan menumbuhkannya. Dimensi eksternal dan internal
tidaklah menjadi patokan seseorang akan berhasil, kombinasi yang optimal
diantara keduanya dapat membantu pengelolaan usaha dengan berhasil. Selain locus
of control, kebebasan, kemauan mengambil resiko dan kebutuhan akan
berprestasi (need for achievement) merupakan karakteritik lain dari
seorang wirausaha. Umumnya, ketiga sifat terakhir sangat menonjol dalam watak
seorang wirausaha berhasil.
Di
bawah ini adalah hal-hal yang bisa memberikan potensi bagi kewirausahaan
(karakteristik wirausahawan yang sukses dengan n Ach tinggi):
1.
Kemampuan
inovatif, Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus
memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya
dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang
berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar.
Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk
ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yangmemberikan
terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh
gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.
2.
Toleransi
terhadap kemenduaan (ambiguity), bisa merubah sesuatu yang tidak terstruktur
menjadi struktur.
3.
Keinginan
untuk berprestasi, dalam kewirausahaan kita harus mempunyai.
4.
Keyakinan
untuk meraih mimpi agar kita bisa mencapi prestasi yang kita inginkan.
5.
Kemampuan
perencanaan realistis, perencanaan dalam kewirausahaan untuk mengembangkan
usahanya harus dengan matang agar bisa memuaskan pelanggan untuk membeli produk
kita lagi
6.
Kepemimpinan
terorientasi kepada tujuan, focus dengan apa yang di capai Obyektivitas, fakta
7.
Tanggung
jawab pribadi, dalam berwirausaha kita harus mempunyai tanggung jawab penuh
untuk mencapai tujuan yang maksimal
8.
Kemampuan
beradaptasi, dalam memasarkan produk kita bisa beradaptasi di lingkungan atau
masyarakat di sekitaKemampuan r.
9.
sebagai
pengorganisasi dan administrator,mampu mengajak orang lain untuk menjadi
partnernya.
Untuk
kebutuhan usaha baru harus memperhitungkan kebutuhan, dorongan dan aspirasi. 3
kebutuhan dasar yang mempengaruhi pencapaian tujuan ekonomi menurut McClelland
yaitu kebutuhan untuk berprestasi (n Ach), kebutuhan berafiliasi (n Afill) dan
kebutuhan untuk berkuasa (n Pow).
Analisa
prestasi pribadi, analisa dengan melihat pengalaman yang tidak terlupakan yaitu
pengalaman yang sangat memuaskan dan pengalaman yang sangat tidak memuaskan.
Pengembangan n Ach, n Ach dapat diperkuat dan dikembangkan melalui program
pelatihan. Tahap-tahapnya antara lain:
1.
Menyadarkan
orang-orang pada potensi mereka untuk mendapatkan karakteristik kewirausahaan.
Mereka dilatih untuk membuat rencana, harapan, kesulitan dan mengevaluasi
segala tindakan yang telah dilakukan
2.
Pengembangan
sindrom prestasi. Individu diajar untuk berpikir, berbicara, bertindak dan
menyadari orang lain
3.
Dukungan
kognitif. Tujuannya untuk membantu orang-orang menghubungkan cara berfikir baru
dengan asumsi mereka sebelumnya dan cara melihat dunia.
4.
Pemberian
dukungan emosional peserta di dalam usaha mereka untuk merubah diri.
Kemudian
pembentuka jiwa wirausaha dapat dilakukan pada pendidikan disekolah maupun
diluar sekolah. Namun dalam makalah ini tidak kami sajikan silahkan mencari
sumber yang lebih representatif.
C. Masyarakat
Ekonomi Asia
Masyarakat Ekonomi Asean adalah integrasi kawasan ASEAN dalam bidang
perekonomian. Pembentukan MEA dilandaskan pada empat pilar. Pertama, menjadikan
ASEAN sebagai pasar tunggal dan pusat produksi. Kedua, menjadi kawasan ekonomi
yang kompetitif. Ketiga, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang seimbang, dan
pilar terakhir adalah integrasi ke ekonomi global.
Penyatuan ini ditujukan untuk meningkatkan daya saing kawasan, mendorong
pertumbuhan ekonomi, menekan angka kemiskinan dan untuk meningkatkan standar
hidup masyarakat ASEAN. Integrasi ini diharapkan akan membangun perekonomian
ASEAN serta mengarahkan ASEAN sebagai tulang punggung perekonomian Asia.
Dengan
dimulainya MEA maka setiap negara anggota ASEAN harus meleburkan batas teritori
dalam sebuah pasar bebas. MEA akan menyatukan pasar setiap negara dalam kawasan
menjadi pasar tunggal. Sebagai pasar tunggal, arus barang dan jasa yang bebas
merupakan sebuah kemestian. Selain itu negara dalam kawasan juga diharuskan
membebaskan arus investasi, modal dan tenaga terampil.
MEA memang sebuah kesepakatan yang
mempunyai tujuan yang luar biasa namun beberapa pihak juga mengkhawatirkan
kesepakatan ini. Arus bebas barang, jasa,
investasi, modal dan tenaga kerja tersebut tak pelak menghadirkan kekhawatiran
tersendiri bagi beberapa pihak. Dalam hal ini pasar potensial domestik dan
lapangan pekerjaan menjadi taruhan. Sekedar bahan renungan, indek daya
saing global Indonesia tahun 2013-2014 (rangking 38) yang jauh di bawah
Singapura (2), Malaysia (24), Brunai Darussalam (26) dan satu peringkat di
bawah Thailand (37). Di sisi lain coba kita lihat populasi Indonesia yang
hampir mencapai 40% populasi ASEAN. Sebuah pasar yang besar tapi tak didukung
daya saing yang maksimal. Jangan sampai Indonesia mengulang dampak perdagangan
bebas ASEAN China. Berharap peningkatan perekonomian malah kebanjiran produk
China.
1.
Peluang dan tantangan Indonesia dalam kegiatan
Masyarakat Ekonomi ASEAN
a.
Pada Sisi Perdagangan
Menurut
Santoso pada tahun 2008 Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan
yang baik karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi
tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada
akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia. Di sisi lain, muncul tantangan baru
bagi Indonesia berupa permasalahan homogenitas komoditas yang
diperjual-belikan, contohnya untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu,
tekstil, dan barang elektronik.
b.
Pada Sisi Investasi
kondisi ini
dapat menciptakan iklim yang mendukung masuknya Foreign Direct Investment
(FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi melalui perkembangan
teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya manusia (human
capital) dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia.
c.
Aspek
Ketenagakerjaan
Terdapat kesempatan yang sangat
besar bagi para pencari kerja karena dapat banyak tersedia lapangan kerja
dengan berbagai kebutuhan akan keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses
untuk pergi keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih
mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA juga menjadi kesempatan
yang bagus bagi para wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai dengan
kriteria yang diinginkan.
Riset terbaru dari Organisasi Perburuhan Dunia atau ILO menyebutkan
pembukaan pasar tenaga kerja mendatangkan manfaat yang besar. Selain dapat
menciptakan jutaan lapangan kerja baru, skema ini juga dapat meningkatkan
kesejahteraan 600 juta orang yang hidup di Asia Tenggara. Pada 2015 mendatang,
ILO merinci bahwa permintaan tenaga kerja profesional akan naik 41% atau
sekitar 14 juta. Sementara permintaan akan tenaga kerja kelas menengah akan
naik 22% atau 38 juta, sementara tenaga kerja level rendah meningkat 24% atau
12 juta.
Namun
laporan ini memprediksi bahwa banyak perusahaan yang akan menemukan pegawainya
kurang terampil atau bahkan salah penempatan kerja karena kurangnya pelatihan
dan pendidikan profesi.
Jadi, penulis menyimpulkan bahwa peluang dan tantangan Indonesia dalam
Mayarakat Ekonomi ASEAN sangatlah besar. Indonesia dapat memperoleh beberapa
keuntungan diantaranya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun hal itu juga
harus diikuti oleh perbaikan kualitas sumber daya manusia, dan pemanfaatan
sumber daya alam semaksimal mungkin.
2.
Resiko yang dihadapi Indonesia saat MEA
a.
competition risk akan muncul
dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke
Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan
produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya
akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.
b.
exploitation risk dengan
skala besar terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing yang
masuk ke Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber daya alam
melimpah dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga
eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di
Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat
untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang
terkandung.
c.
risiko ketenagakarejaan dilihat
dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan
tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi
industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada peringkat
keempat di ASEAN.
Menurut
Media Indonesia, Kamis 27 Maret 2014, dengan adanya pasar barang dan jasa
secara bebas tersebut akan mengakibatkan tenaga kerja asing dengan mudah masuk
dan bekerja di Indonesia sehingga mengakibatkan persaingan tenaga kerja yang
semakin ketat di bidang ketenagakerjaan.
Saat MEA
berlaku, di bidang ketenagakerjaan ada 8 (delapan) profesi yang telah
disepakati untuk dibuka, yaitu insinyur, arsitek, perawat, tenaga survei,
tenaga pariwisata, praktisi medis, dokter gigi, dan akuntan Hal inilah yang
akan menjadi ujian baru bagi masalah dunia ketenagakerjaan di Indonesia karena
setiap negara pasti telah bersiap diri di bidang ketanagakerjaannya dalam
menghadapi MEA. Bagaimana dengan Indonesia? Dalam rangka ketahanan nasional dengan tetap melihat peluang dan menghadapi
tantangan bangsa Indonesia di era MEA nantinya, khususnya terhadap kesiapan
tenaga kerja Indonesia sangat diperlukan langkah-langkah konkrit agar bisa
bersaing menghadapi tenaga kerja asing tersebut.
Namun disisi lain, dengan adanya MEA, tentu akan memacu pertumbuhan
investasi baik dari luar maupun dalam negeri sehingga akan membuka lapangan
pekerjaan baru. Selain itu, penduduk
Indonesia akan dapat mencari pekerjaan di negara
ASEAN lainnya dengan aturan yang relatif akan lebih mudah dengan adanya MEA ini
karena dengan terlambatnya
perekonomian nasional saat ini dan didasarkan pada data Badan Pusat Statistik
(BPS), jumlah pengangguran per februari 2014 dibandingkan Februari 2013 hanya
berkurang 50.000 orang. Padahal bila melihat jumlah pengguran tiga tahun
terakhir, per Februari 2013 pengangguran berkurang 440.000 orang, sementara
pada Februari 2012 berkurang 510.000 orang, dan per Februari 2011 berkurang
sebanyak 410.000 orang (Koran Sindo, Selasa, 6 Mei 2014). Dengan demikian,
hadirnya MEA diharapkan akan mengurangi pengangguran karena akan membuka
lapangan kerja baru dan menyerap angkatan kerja yang ada saat ini untuk masuk
ke dalam pasar kerja.
Untuk itu, penulis menyimpulkan bahwa resiko yang akan muncul dalam
Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah persaingan industri lokal dengan industri
asing, pengeksploitasian sumber daya alam oleh Negara asing, serta persaingan
tenaga kerja lokal dengan tenaga kerja asing yang lebih berkualitas.
3.
Cara menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
Banyak cara sekaligus persiapan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) pada 2015. Hal ini juga merupakan tantangan karena sejatinya pola pikir
dan semangat pemerintah serta para pelaku ekonomi Indonesia masih seperti
biasanya.
a.
Menurut ekonom dari Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Edy Suandi
Hamid, pemerintah dan pelaku ekonomi harus lebih ofensif menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015 dengan memperluas pasar barang, jasa, modal, investasi, dan pasar
tenaga kerja. Adanya MEA harus dipandang sebagai bertambahnya pasar Indonesia
menjadi lebih dari dua kali lipat, yakni dari 250 juta menjadi 600 juta,"
katanya. Dengan pola pikir dan semangat seperti itu, dia berharap Indonesia
dapat memetik manfaat optimal dari MEA. Perekonomian harus didorong lebih cepat
tumbuh, ekspansif, dan berdaya saing, bukan sebaliknya.
b.
Menurut diplomat senior Makarin Wibisono juga mengingatkan bahwa
dalam menghadapi MEA 2015, Indonesia perlu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan
sektor jasa. "Liberalisasi pasar jasa akan menguntungkan bagi Indonesia
dalam dinamika MEA," kata Makarim dalam seminar Perhimpunan Persahabatan
Indonesia-Tiongkok di Jakarta, beberapa waktu lalu. Menurut dia, liberalisasi
pasar jasa menguntungkan karena meningkatkan kualitas serta menentukan biaya
kewajaran bagi tenaga kerja sehingga kemudian meningkatkan daya saing di sektor
industri. Pasar jasa yang efisien, menurut Makarim, akan meningkatkan pilihan
konsumen, produktivitas, kompetisi, dan kesempatan untuk pembangunan sektor
jasa baru. "Jika terjadi inefisiensi, dampak negatifnya pada
produktivitas, inovasi, distribusi teknologi, dan menghalangi tercapainya
pertumbuhan optimal," kata Duta Besar Indonesia untuk PBB (2004--2007)
ini.
c.
Menurut rektor Universitas Sebelas Maret (Solo) Ravik Karsidi salah satu
persiapan UNS adalah dengan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) dengan hard
skill dan soft skill. Dari segi hard skill, UNS mempersiapkan
kurikulum agar mahasiswanya mampu bersaing dengan lulusan perguruan tinggi luar
negeri. Sementara itu, dari segi soft skill, UNS membekali mahasiswanya
dengan persiapan spiritual dan mental melalui pelatihan spiritual quotient (SQ).
Program ini ditindaklanjuti dengan pelatihan soft skill di tingkat
fakultas. Di antara pelatihan itu adalah tentang kepemimpinan, komunikasi dan
kemampuan bahasa.
Jadi dapat penulis simpulkan, untuk mengatasi tantangan serta resiko yang
mungkin akan muncul dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN dapat dilakukan dengan
membekali diri dengan ilmu pengetahuan, menanamkan rasa cinta terhadap produk
dalam negeri, serta mempertajam soft skill dan hard skill masyarakat.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan.
Kepentingan
di bidang kewirausahaan semakin meningkat dalam kajian akademis dan praktis. Pandangan
historis tentang perkembangan pemikiran konsepsi tentang kewirausahaan dapat
memberikan pandangan/lensa bagi para sarjana dan praktisi untuk
menginterpretasikan aktivitas kewirausahaan sendiri dan merumuskan pernyataan
baru. Definisi/pernyataan tentang tentang kewirausahaan boleh bersifat ilmiah atau
praktis, hal ini dapat ditinjau melalui pendekatan tinjauan proses dan pembelajaran
serta pembuktian yang mendekati inti makna kewirausahaan. Pada awal penelusuran
menunjukkan bahwa pandangan philosofi menjelaskan tentang kewirausahaan dapat
dimaknai “kegiatan mengumpulkan kekayaan” baik oleh individu maupun kelompok.
Kondisi terus berkembang dari jaman menuju jaman yang selalu berubah mengikuti
perkembangan peradaban manusia ditandai dengan adanya gejala seperti
permintaan, penawaran, perdagangan, proses produksi, manajemen, teknologi,
inovasi, komunikasi hingga jaman modern kapitalis maupun sosialis. Secara implisit
pemaknaan kewirausaan dapat didefinisikan dengan mengikuti jaman yang berlaku.
Definisi kewirausahaan masa klasik berbeda dengan makna definisi pada masa neo
klasik maupun masa AMP. Namun secara filosofi pemaknaan kewirausahaan tidak
boleh lepas dari makna “kegiatan mengumpulkan kekayaan”. Hasil penelusuran
ditemukan seorang pakar bidang kewirausahaan memaknai kewirausahaan adalah
orang yang mempuyai kemampuan untuk melihat dan menilai peluang bisnis,
mengumpulkan sumberdaya yang diperlukan untuk memperoleh manfaat dari peluang
tersebut dan memulai kegiatan yang sesuai untuk meraih keberhasilan.
Daftar
Pustaka
Bull, I. and Willard, G.E. (1993)
“Towards a theory of entrepreneurship”, Journal
of Business
Venturing, Vol. 8, pp. 183-95.
De Roover, R. (1963). “The
scholastic attitude toward trade and entrepreneurship”,
Explorations in Entrepreneurial
History, Vol. 2 No. 1, pp. 76-87.
Hebert, R.F. and Link, A.N. (1988).
The Entrepreneur, Praeger Publishers, New
York, NY.
Rahmat.
(2013). Manajemen Kepemimpinan Kewirausashaan, Yogyakarta: Cipta Medika
Aksara.
Rahmat.
(2016). Membangun Bangsa Berwawasan Kewira usahaan. Yogyakarta :Gerbang
Medika Aksara
Rahmat.
(2015). Nilai-Nilai Moral Kewirausahaan membangun Bangsa Berkarakter, Yogyakarta:
Gerbang Medika Aksara
Russell, B. (1945), The History of Western
Philosophy, Simon & Schuster, New
York, NY.
Wahjono, Sentot
Imam. (2008), Manajemen Tata Kelola Organisasi Bisnis, Jakata : PT Indeks.
Williams,
Chuck. (2001), Manajemen, Jakata :
salemba Empat
MAKALAH
PERKEMBANGAN DAN
FENOMENA KEWIRAUSAHAAN INTERNASIONAL
Disusun
Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewirausahaan
Dosen
Pengampu : Drs. Prof. H. Rahmat, MPd.Ph.D., M.Pd
Disusun
Oleh :
MAFTUHAN : 154031036
MS.
NASIRUL HUDA : 154031047
PROGAM
PASCASARJANA
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
1 Response to "Makalah Wirausaha Global"
Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
arena-domino.club
arena-domino.vip
100% Memuaskan ^-^
Posting Komentar